Senin, 13 Oktober 2014

Tugas Kuliah Sosiologi Pendidikan DONGENG: “Asal Usul Nama Desa Pangeranan”

Tugas Kuliah Sosiologi Pendidikan
DONGENG:
“Asal Usul Nama Desa Pangeranan”

 








Oleh:
Khusnul Khotimah (130611100035)
Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan
Universitas Trunojoyo Madura
Juni 2014
ASAL USUL NAMA DESA PANGERANAN
Oleh: Khusnul Khotimah

            Pada suatu hari di sebuah desa di ujung sebelah barat Kecamatan Bangkalan Kabupaten Bangkalan, Madura, ada seorang raja yang sangat bijaksana  jujur dan sangat adil. Sehingga rakyatnya sangat patuh kepadanya tidak ada yang menentang kebijakannya. Raja itu memiliki seorang istri yang sangat cantik, namun sayangnya walapun sudah bertahun-tahun menikah raja dan ratu tidak kunjung memiliki seorang anak. Walapun segala usaha telah dilakukan namun mereka belum saja mendapat apa yang diinginkannya.
            Dan pada suatu sore yang sangat damai, Raja dan Ratu saat itu sedang bersantai di sebuah taman asri di belakang istana, sang Ratu mengutarakan isi hatinya yakni ingin memiliki seorang anak.
Ratu: “Ayah, apakah Ayah tak pernah berfikir bagaimana rasanya memiliki seorang anak?”
Raja: “tentu saja Ayah selalu memilikirkan dan membayangkannya Sayang.”
Ratu: “lalu apa tindakan Ayah untuk mendapatkannya, bagaimana pun kita harus memiliki keturanan untuk meneruskan tahta kerajaan kita ini Ayah.”
Raja: Raja berfikir sejenak, “Begini Bunda kita kan telah mengusahakan semua cara, tapi memang Tuhan belum mengijinkannya. Tapi Ayah sudah memiliki cara yang terbaik untuk bisa meneruskan tahta Ayah kepada orang yang tepat, orang jujur dan bijaksana Bunda.”
Ratu: “Apa itu Ayah? Bisakah Ayah menceritakannya pada Bunda?”
Raja: “Tentu Sayang. Besok pagi Ayah akan pergi ke pasar dan sekitar desa untuk mencari orang yang tepat itu Bunda”
Ratu: “Apa yang akan Ayah lakukan di sana?
Raja: “Ayah akan mencoba menyamar menjadi seorang gelandangan tua yang jelek sehingga tak ada rakyatku yang mengenali Ayah di sana”.
Ratu: “Baiklah, kalau itu memang yang terbaik yang dapat kita lakukan, maka lakukanlah Ayah.” Ratu pun tersenyum puas dan mereka pun bergegas kembali ke istana karena senja telah tiba menyapa mereka.
            Setelah selesai solat subuh sang Raja pun bergegas merubah tampilannya seakan menjadi seorang kakek yang tua, yang perlu dikasihani. Dengan menggunakan pakaian yang lusuh tidak layak pakai dan bau busuk yang sangat menyengat, sang Raja merasa puas dengan penampilannya saat itu.
Raja: “semoga usahaku hari ini berhasil dengan sempurna.”
Ratu: “Iya Ayah, akan ku doakan Engkau dari sini.”
Raja: “Terima kasih bunda, Ayah berangkat dulu.”
Ratu: “Iya ayah, hati-hati diperjalanan, mungkin akan banyak orang yang akan menghardik Ayah nanti.”
            Berangkatlah sang Raja berbekal baju compang-campingnya, bauk  busuk dan doa dari sang istri.
Di jalan sang Raja pun menemui banyak cobaan, banyak sekali cemoohan yang diterima sang  raja, dari hanya sekedar menghardiknya sampai dengan melemparkan bauh-buah busuk saat sang Raja melewati sebuah pasr.
Rakyat1: “Hei kau lelaki tua, bau mu busuk sekali, bahkan lebih busuk dari buah-buah busuk yang kami buang ini”.
Rakyat2: “lelaki tua, mau apa kau melewati pasar ini? Mau menyebarkan bau mu yang busuk itu ya, hahahahaha”.
Saat Raja melewati pasar seakan semua kompak menjauhi Raja sambil menutup hidungnya, dan menyuruh anak-anak mereka masuk kedalam.
Rakyat3: “Nak, ayo masuk ke rumah, kalau tidak kau akan berbau sama seperti orang ini.”
Sang Raja hanya berusaha diam, dan membatin dalam dirinya.
Raja: “ Jadi ini yang mereka lakukan, mereka begitu hormatnya di hadapanku, bersujud dengan penuh hormatnya, menyorak-nyoraki namaku dengan penuh kebanggaan, namun saat ku menyamar, tak ada satupun rakyatku yang peduli denganku atau bahkan sekedar tersenyum padaku.” Hati sang raja teriris sakit.
            Selama di perjalanan Raja seakan putus asa dengan usahanya untuk menenmukan seseorang yang tepat untuk meneruskan tahtanya kelak yang Raja angkat untuk menjadi keluarganya dan pemimpin di wilahnya ini.
            Ketika sang raja sedang dilanda kegalauan yang mendalam Raja pun beristirahat sejenak di bawah pohon yang rindang di samping sungai yang berair jernih.
Raja: “Bagaimana jika aku tidak menemukann sosok yang tepat untuk mengganti tahtaku, akan kah desa ini akan hancur menginat apa yang dilakukan rakyatku tadi terhadap penampilanku tadi. Akankah istriku akan sangat kecewa. Ah.. tidak tidak ini tidak mungkin, aku akan menemukan seseorang yang tepat itu.”
            Beberapa saat kemudian langitppun berubah menjadi mendung yang gelap.
Raja: “Akan hujan lebat ini, aku harus berteduh, tapi di mana? Disini tidak terlihat pemukiman rakyatku, kalau pun ku temukan akankah mereka menerimaku?”
Kemudian satu persatu rinai hujan pun turun, sang Raja semakin bingung untuk mencari tempat berteduh. Lalu dari kejauhan Raja melihat seseorang pemuda yang sedang jatuh terpleset karena jalan yang sangat licin terkena terguyur air hujan itu. Raja pun bergegeas menolongnya dengan sesekali juga hampir tergelincir karena licin. Setelah tiba pada pemuda itu, pemuda itu langsung ditolongnya, awalnya sang Raja memunguti satu-satu persatu barang-barang yang dibawa pemuda itu masuk kedalam tas besarnya, namun sang Raja entah kenapa malah memasukkan kantong kecil
tempat anak muda itu menaruh uangnya ke dalam saku baju sang Raja
Raja: “Ahh, aku masukkan saja kantong anak ini ke dalam saku ku, maka aku akan liat kepribadian dari pemuda itu.”
Kemudian Raja menggodong pemuda itu pelan-pelan ke tempat yang lebih aman.
Pemuda: “Terima kasih Tuan Anda telah menolong saya, saya tidak tahu apa yang akan terjadi jika Anda tidak ada di sana. Kenalkan Tuan, nama saya An.”
Raja: “Tidak usah begitu An, saya hanya menolong kamu saja pemuda. Apa kau tidak jijik pada saya?
Pemuda: “Tentu saja tidak Tuan, seseorang yang paling menjijikkan adalah orang yang telah merendahkan orang lain.”
Raja: Raja tersenyum “Saya miskin dan saya berbau busuk, tidak ada yang mau mendekat padaku pemuda.”
Pemuda: “Orang yang paling miskin adalah orang tidak pernah bersyukur, dan orang yang berbau busuk adalah orang yang munafik kepada dirinya sendiri Tuan, jadi janganlah lagi Tuan merendahkan diri Tuan sendiri. Semua manusia itu diciptakan sempurna, hanya tinggal maunusianya ingin menjadikan dirinya seperti apa Tuan”.
Raja: “Baik nak An, kalau begitu saya ingin mengembalikan kantong uang mu”
Namun sang Raja bukannya mengembalikan kantong lusuh milik pemuda itu, malah mengeluarkan kantong perak yang berisi perak dan beberapa berlian.
Pemuda: “Maaf Tuan, itu bukan milik saya.”
Raja: “Begitu ya, kalau begitu ini pasti milikmu nak.”
Lagi-lagi Raja malah mengeluarkan kantong yang terbuat dari mas yang di dalamnya berisi penuh mas dan berlian.
Pemuda: “Sekali lagi maaf Tuan, namun itu juga bukan milik saya, kantong yang saya miliki tidak sesempurna itu Tuan, dan di dalamnya hanya berisi beberapa recehan saja.”
Akhirnya Raja mengeluarkan kantong milik pemuda itu dan mengembalikannya.
Raja: “apakah ini milikmu nak?”
Pemuda: “Benar sekali Tuan ini milik saya, terima kasih telah menemukannya untuk saya Tuan.”
Raja: “Kalau begitu ambilah An, dua kantong ini yang berisi perak dan mas ini sebagai hadiah atas kejujuran dan kata-kata bijaksana mu tadi. Istriku akan sangat senang sekali sekarang.”
Pemuda: “Tidak Tuan itu bukan hak saya menerimanya.”
Raja: “kau masih belum mengerti juga ya An.” Tanya raja sambil tersenyum. “ikutlah kau ke gubuk ku yang kecil, kau kan ku kenalkan dengan istriku yang sangat cantik dan kau pun akan mengerti nak.
Dengan perasaan yang masih bingung karena menerima kantong mahal itu, pemuda itu ikut sang Raja ke rumahnya. Setelah tiba, Pemuda itu terkejut bahwa dia dibawa ke istana yang dia fikir raja akan membawanya ke gubuk yang sesungguhnya.
Pemuda itu tercengan melihat kakek tua yang telah menolongnya itu ternyata seorang raja. Ditemani sang Ratu yang sangat jelita, Sang Raja pun menemui pemuda itu. Kemudian sang raja menceritakan apa yang telah dilakukannya, maksud dan tujuannya.
Pemuda: “Jadi Tuan menyamar menjadi kakek tua itu hanya untuk menyembunyikan siapa Anda, dan hanya untuk mencari seseorang yang tepat untuk meruskan tahta Tuan kelak?”
Ratu: “Iya nak, dan kalau tidak keberatan mau kah kamu kami angkat sebagai anak angkat kami?”
Pemuda: “dengan senang hati saya menerimanya Nyonya”.
            Akhirnya Raja dan Ratu pun berbahagia setelah apa yang mereka ingin-inginkan sejak dulu akhirnya tekabul, begitu pula dengan pemuda itu, dia sangat senang karena memiliki orang tua angkat yang sangat begitu baik padanya karena sedari kecil pemuda itu hanya hidup sebatang kara sebab kedua orang tuanya telah meninggal dunia, dan Pemuda tersebuat diangkat sebagai Pangeran, ya Pangeran An yang sangat bijaksa, jujur dan tampan rupawan.
Sejak diangkatnya Pangeran An, kebiasan buruk rakyatnya yang sering menyepelekan orang kecil, dan mencoomoh orang lain berangsur-angsur berubah, mereka menjadi baik antar sesama makhluk, hingga desa itu menjadi sangat damai, hampir tidak lagi mendengar permusuhan antar warga.
Kebiasaan orang menyebut Pangeran An berubah menjadi Pangeranan agar lebih mempermudah rakyat memangilnya, begitu pula dengan sebuatan rakyatnya yang berangsur berubah menjadi Rakyat Pangeranan. Sebuah desa dengan kepemimpinan Raja dan Pangeran An yang jujur. Sampai  suatu hari Pangeran An merubah nama desanya menjadi Desa Pangeranan.
Hingga saat ini rakyat atau warga Pangeranan masih memegang tuguh apa-apa yang telah diajarkan oleh Pangeranan sejak dulu, meski Pangeranan sudah tidak ada lagi.
~TAMAT~


NILAI-NILAI YANG DAPAT DIPETIK
·         Nilai kesabaran
meski sang Raja dan Ratu tidak memiliki keturunan sang Raja tetap bersabar dan selalu berusaha agar Tuhan selalu mendengarkan permintaannya.
Walapun saat Raja menyamar menjadi kakek compang camping Raja tetap bersabar tidak membalas hardikan mereka.
·         Nilai tolong menolong dan kepedulian sesama
Saat Pangeran An terjatuh saat pertama kali bertemu sang Raja langsung menolongnya.
·         Nilai kejujuran
Meski Pangeran An juga sangat kekeurangan, tapi dia tidak mengambil kantong berisi mas dan perak tersebut karena itu bukan miliknya.
·         Nilai saling menghargai orang lain
Setelah desa tersebut dipimpin oleh Pangeran An warganya tidak pernah lagi merendahkan orang lain, mereka memiliki semngat gotong-royong dan peduli antar sesamanya.

 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar