Sabtu, 28 September 2013

Sejarah dibentuknya IPS



Sejarah dibentuknya IPS
Danang Prastyo. M, Pd.
















Kelompok 3
Moh. Syaiful Arif  130611100003
Sayyidatun Nihayah  130611100019
Juliana Dewi Indah Sari  130611100022
Khusnul Khotimah  130611100035


Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya
Universitas Trunojoyo Madura
DAFTAR ISI

Halaman judul……………………………………………….………..i
Daftar isi……………………………………………………………...ii
Kata Pengantar………………………………………………………..1
Bab I. Pendahuluan…………………………………………………...2
          1.1 Latar Belakang..…………………………………………....2
1.2 Rumusan Masalah….……………………………………...4
1.3 Tujuan……………………………………………………..4
Bab II. Pembahasan………………………………………………….5
2.1 Sejarah Perkembangan IPS di dunia……………………...5
2.2 Sejarah Perkembangan IPS di Indonesia………………….7
Bab III. Penutup……………………………………………………..10
3.1 Kesimpulan….……………………………………………10
3.2 Saran.……………………………………………………..11
Daftar Pustaka……………………………………………………….12
Glosarium……………………………………………………………13


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah tentang Sejarah dibentuknya IPS.
Penyusun mengucapkan terimakasih kepada dosen program studi IPS yaitu Bapak Danang Prastyo, M, Pd. yang telah memberikan bimbingan, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah tentang Sejarah dibentuknya IPS ini.
Penyusun berharap semoga makalah ini dapat berguna bagi siapa saja yang membacanya.












Bangkalan, 10 September 2013




Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
            Ilmu pengetahuan sosial disingkat IPS merupakan nama mata pelajaran ditingkat sekolah dasar dan menengah atau nama program studi di perguruan tinggi yang identik dengan istilah “social studies” dan kurikulum persekolahan di negara lain, khususnya di negara barat Australia dan amerika Serikat. Pengertian memiliki perbedaan makna pada setiap tingkat sekolahan.       
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang disiplin ilmu sosial seperti misalnya : sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, politik, psikologi, dan sebagainya. Disiplin ilmu tersebut mempunyai keterpaduan yang tinggi karena geografi memberikan wawasan yang berkenaan dengan wilayah-wilayah, sejarah memberikan wawasan tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau, ekonomi memberikan wawasan tentang berbagai macam kebutuhan manusia dan sosiologi atau antropologi memberikan wawasan yang berkenaan dengan nilai-nilai, kepercayaan, struktur social, lalu ilmu politik lebih kepada mengkaji hubungan antara warga dengan warga negaranya, serta negara dengan negaranya, dan psikologi membahas mengenai kondisi kejiwaan seseorang atau manusia.
Proses pembelajaran pendidikan IPS dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan sesuai dengan kebutuhan dan tingkat usia peserta didik masing-masing. Ragam pembelajarannya pun harus disesuaikan dengan apa yang terjadi dalam kehidupan. Secara formal, proses pembelajaran dan membelajarkan itu terjadi di sekolah, baik di dalam kelas maupun diluar kelas.
IPS sebagai satu program pendidikan tidak hanya menyajikan tentang konsep-konsep pengetahuan semata, namun harus pula mampu membina peserta didik menjadi warga negara dan warga masyarakat yang tahu akan hak dan kewajibannya, yang juga memiliki tanggung jawab atas kesejahteraan bersama yang seluas-luasnya.
Sebagai bidang pengetahuan, ruang lingkup IPS dapat terlihat nyata dari tujuannya. Di sepanjang sejarahnya IPS memiliki lima tujuan yaitu:
  • IPS mempersiapkan siswa untuk studi lanjut di bidang sosial sciences jika nantinya masuk ke perguruan tinggi.
  • IPS yang tujuannya mendidik kewarganegaraan yang baik.
  • IPS yang hakikatnya merupakan suatu kompromi antara 1 dan 2 tersebut di atas.
  • IPS yang mempelajari closed areas atau masalah-masalah sosial yang pantang untuk dibicarakan di muka umum.
IPS terbentuk dengan tujuan untuk mengembangkan kompetensi dan keterampilan hidup bernegara peserta didik. Agar dapat meningkatkan ketrampilan sosial peserta didik. Karena dengan mempunyai keterampilan diharapkan peserta didik tidak hanya cerdas secara akademis tetapi juga cerdas emosional dan dapat mengendalikan perilakunya di kehidupan dan lingkungan masyarakat.

Pengertian social studies menurut (James A. Banks 1990:3;Sapriya, 2007:3)
The social studies is that part of the elementary and high school curriculum which has the primary responpisibility for helping students to develop the knowledge, skiils, attitudes, and values needed to participate in the civic life of their local communities, the nation, and the world. 
IPS merupakan suatu program pendidikan dan bukan sub-disiplin ilmu tersendiri, sehingga tidak akan ditemukan baik dalam nomenklatur filsafat ilmu, disiplin ilmu-ilmu sosial (social science), maupun ilmu pendidikan (Sumantri. 2001:89). Social Scence Education Council (SSEC) dan National Council for Social Studies (NCSS), menyebut IPS sebagai “Social Science Education” dan “Social Studies”. Dengan kata lain, IPS mengikuti cara pandang yang bersifat terpadu dari sejumlah mata pelajaran seperti: geografi, ekonomi, ilmu politik, ilmu hukum, sejarah, antropologi, psikologi, sosiologi, dan sebagainya
Dalam bidang pengetahuan sosial, ada banyak istilah. Istilah tersebut meliputi : Ilmu Sosial (Social Sciences), Studi Sosial (Social Studies) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
Dalam konteks perkembangan pendidikan “social studies” di Indonesia konsep dan praktis pendidikan demokrasi yang dimakemas sebagai “citizenship education atau pendidikan kewarganegaraan” berkedudukan sebagai salah satu dimensi tujuan, konten, dan proses “social studies” atau pendidikan IPS, yang pada dasarnya berintikian pengembangan warga negara agar mampu hidup secara demokratis merupakan bagian sangat penting.
 1.2 Rumusan Masalah
Adapun masalah-masalah yang akan dibahas dalam  makalah ini adalah :
1. Bagaimana sejarah perkembangan IPS pertama kali di dunia?
2. Bagaimana sejarah perkembangan IPS di Indonesia?
1.3 Tujuan
Makalah ini disusun dengan tujuan, antara lain:
1. Untuk mengetahui sejarah perkembangan IPS pertama kali di dunia.
2. Untuk mengetahui sejarah perkembangan IPS di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Perkembangan IPS di Dunia
Pertama kali Social Studies dimasukkan secara resmi ke dalam kurikulum sekolah adalah di Rugby (Inggris) pada tahun 1827, atau sekitar setengah abad setelah Revolusi Industri (abad 18), yang ditandai dengan perubahan penggunaan tenaga manusia menjadi tenaga mesin. Alasan dimasukkannya Social Studies (IPS) ke dalam kurikulum sekolah karena berbagai akibat industrialisasi di berbagai negara di belahan dunia juga terjadi, di antaranya perubahan perilaku manusia akibat berbagai kemajuan  dan ketercukupan. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mendorong industrialisasi telah menjadikan bangsa semakin maju dan modern, tetapi juga menimbulkan dampak perilaku sosial yang kompleks. Para ahli ilmu sosial dan pendidikan mengantisipasi berbagai kemungkinan negatif yang mungkin timbul di masyarakat akibat dampak kemajuan tersebut. Sehingga untuk mengatasi berbagai masalah sosial di lingkungan masyarakat tidak hanya dibutuhkan kemajuan ilmu dan pengetahuan secara disipliner, tetapi juga dapat dilakukan melalui pendekatan program pendidikan formal di tingkat sekolah.
Program pendidikan antar disiplin (interdiscipline) di tingkat sekolah merupakan salah satu pendekatan yang dianggap lebih efektif dalam rangka membentuk perilaku sosial siswa ke arah yang diharapkan. Bahkan program pendidikan ini di samping sebagai bentuk internalisasi dan transformasi pengetahuan juga dapat digunakan sebagai upaya mempersiapkan sumber daya manusia yang siap menghadapi berbagai tantangan dan  problematika yang makin komplek di masa datang.
Oleh karenanya latar belakang perlu dimasukkannya Social Studies dalam kurikulum sekolah di beberapa Negara lain juga memiliki sejarah dan alasan yang berbeda-beda. Amerika Serikat berbeda dengan Inggris karena situsasi dan kondisi yang menyebabkannya juga berbeda. Di Amerika Serikat pada tahun 1916 dengan tujuan untuk menyatukan warga Amerika Serikat dikarenakan muncul konflik antara Amerika bagian Utara dan Selatan. Masalah yang muncul di Amerika bagaian utara dan selatan mengakibatkan  perang Civil yang didalamnya mempermasalahkan ras dan status sosial, dimana posisi ras berkulit hitam di anggap budak oleh ras kulit putih namun dalam kenyataannya ras kulit hitam lah yang dapat menumbuhkan ekonomi di negara bagian tersebut. Lalu para sarjana disana mendirikan sebuah lembaga yang diberinama NCSS (the national council for the social studies). Didirikannya lembaga tersebut bertujuan juga untuk memberikan pendidikan good citizenship dikarenakan orang-orang amerika kurang memiliki jiwa nasioanlis atau cinta tanah air.
Di samping sebagai reaksi para pakar  Ilmu Sosial terhadap situasi sosial di Inggris dan Amerika Serikat, pemasukan Social Studies ke dalam kurikulum sekolah juga dilatarbelakangi oleh keinginan para pakar pendidikan, khususnya pakar Social Studies. Hal ini disebabkan mereka ingin agar setelah meninggalkan sekolah dasar dan menengah, para siswa dapat: (1) menjadi warga Negara yang baik, dalam arti mengetahui dan menjalakan hak-hak dan kewajibannya; (2) dapat hidup bermasyarakat secara simbang, dalam arti memperhatikan kepentingan pribadi dan masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut, para siswa tidak perlu harus menunggu kuliah atau belajar Ilmu-ilmu Sosial di perguruan tinggi, tetapi sebenarnya mereka sudah mendapat bekal pelajaran Social Studies di sekolah dasar dan menengah.
Dalam perjuangannya tentang eksisensi terdapat dalam “ The Nation Herbart Society papers of 1896-1897” yang menegaskan bahwa Social Studies sebagai delimiting the social sciences for pedagogical use (upaya membatasi ilmu-ilmu sosial untuk kepentingan pedagogik/mendidik). Istilah IPS (Social Studies) ini kemudian mulai digunakan oleh beberapa Negara bagian di Inggris dan Amerika untuk mengembangkan program pendidikan ilmu-ilmu sosial di tingkat sekolah.
Kemudian pada tahun 1921, berdirilah “ National Council for the Social Studies” (NCSS), sebuah organisasi profesional yang secara khusus membina dan mengembangkan Social Studies pada tingkat pendidikan dasar dan menengah serta keterkaitannya dengan disiplin ilmu-ilmu sosial dan disiplin ilmu pendidikan sebagai program pendidikan syntactic.
Pada pertemuan pertama tahun 1935, lahirlah kesepakatan yang dikeluarkan NCSS dengan menegaskan bahwa “Social Sciences as the Core of the Curriculum” (Kurikulum IPS bersumber dari ilmu-ilmu sosial).
2.2 Sejarah perkembangan IPS di Indonesia
Latar belakang dimasukkannya bidang studi IPS ke dalam kurikulum sekolah di Indonesia juga hampir sama dengan di beberapa negara lain, diantaranya situasi kacau dan pertentangan politik bangsa, kondisi keragaman budaya bangsa (multicultural) yang sangat rentan terjadinya konflik. Sehingga, sebagai akibat konflik dan situasi nasional bangsa yang tidak stabil, terlebih adanya pemberontakan G30S/PKI dan berbagai masalah nasional lainnya di pandang perlu memasukkan program  pendidikan sebagai propaganda dan penanaman nilai-nilai ssosial budaya masyarakat, berbangsa dan bernegara ke dalam kurikulum sekolah.
Ada pula buku yang mengatakan bahwa latarbelakang diberikannya Ilmu Sosial Dasar di mulai banyaknya kritik-kritik yang ditujukan pada sistem pendidikan di perguruan tingi oleh sejumlah cendekiawan terutama sarjana pendidikan, sosial, dan kebudayaan. Mereka menganggap sistem pendidikan yang tengah berlangsung saat ini, berbau colonial dan masih merupakan warisan system pendidikan pemerintah Belanda, yaitu kelanjutan dari “Politik Balas Budi” (Etische Politiek) yang dianjurkan oleh Conrad The Odore Van Deventer, bertujuan menghasilkan tenaga-tenaga terampil untuk menjadi “tukang-tukang” yang mengisi birokrasi mereka di bidang administrasi, pedangang, teknik, dan keahlian lain dalam tujuan eksploitasi kekayaan Negara.
Oleh karenanya, dalam beberapa pertemuan ilmiah dibahas istilah IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) sebagai program pendidikan tingkat sekolah di Indonesia, dan pertama kali muncul dalam Seminar Nasional tentang Civic Education tahun 1972 di Tawangmangu Solo, Jawa Tengah. Dalam laporan seminar tersebut, muncul 3 istilah dan digunakan secara bertukar pakai, yaitu:
  1. Pengetahuan Sosial
  2. Studi Sosial
  3. Ilmu Pengetahuan Sosial
Konsep IPS untuk pertama kalinya masuk ke dunia persekolahaan di Indonesia pada tahun1972-1973 yang diujicobakan dalam Kurikulum Proyek PerintisSekolah Pembangunan (PSSP) IKIP Bandung. Kemudian secara resmidalam kurikulum 1975 program pendidikan tentang masalah sosial dipandang tidak cukup diajarkan melalui pelajaran sejarah dan geografi saja, maka dilakukan reduksi mata pelajaran di tingkat SD-SMA untuk beberapa mata pelajaran ilmu sosial yang serumpun digabung ke dalam mata pelajaran IPS.Upaya memasukkan materi ilmu-ilmu sosial dan humaniora ke dalam kurikulum sekolah di Indonesia disajikan dalam mata pelajaran dan bidang studi/jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) secara resmi pada kurikulum 1975. Kurikulum ini merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen, bertujuan bahwa pendidikan ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasa dan keterampilan jasmani, moral,, budi pekerti, dan keyakinan beragama.
Bentuk keseriusan ahli pendidikan dan ahli ilmu-ilmu sosial khususnya mereka yang memiliki komitmen terhadap Social Studies atau pendidikan IPS sebagai program pendidikan di tingkat sekolah, maka mereka berusaha untuk memasukkan ilmu-ilmu sosial ke dalam kurikulum sekilah lebih jelas lagi. Namun karena tidak mungkin semua disiplin ilmu sosial diajarkan di tingkat sekolah, maka kurikulumilmu sosial itu disajikan secara terintegrasi atau interdisipliner ke dalam kurikulum IPS (Social Studies). Jadi untuk program pendidikan ilmu-ilmu sosial di tingkat pendidikan dasar dan menengah harus sudah mulai diajarkan.
Dimensi konseptual mengenai pendidikan IPS telah berulang kali dibahas dalam rangkaian pertemuan ilmiah, yakni pertemuan HISPISI pertama di Bandng tahun 1989, Forum Komunikasi Pimpinan HIPS di Yokyakarta tahun 1991, di Padang tahun 1992, di Ujung Pandang tahun 1993, Konvensi Pendidikan kedua di Medan tahun 1992. Salah satu materi yang selalu menjadi agenda pembahasan ialah mengenai konsep PIPS.
PIPS untuk tingkat perguruan tinggi pendidikan Guru IPS direkonseptualisasikan sebagai pendidikan disiplin ilmu sehingga, menjadi Pendidikan Disiplin Ilmu Pengetahuan Sosial (PDIPS).
Bertitik tolak dari pemikiran mengenai kedudukan konseptual PDIPS, dapat diidentifikasi sekolah objek telaah dari sistem pendidikan IPS, yaitu :
1.      Karakteristik potensi dan perilaku belajar siswa SD, SMP, dan SMA.
2.      Karakteristik potensi dan perilaku belajar mahasiswa FPIPS-IKIP atau JPIPS-STKIP/FKIP.
3.      Kurikulum dan bahan belajar IPS SD, SMP, dan SMA.
4.      Disiplin ilmu-ilmu sosial, humaniora, dan disiplin lain yang relevan.
5.      Teori, prinsip, strategi, media serta evaluasi pembelajaran IPS.
6.      Masalah-masalah sosial, ilmu pengetahuan dan teknologi yang berdampak sosial.
7.      Norma agama yang melandasi dan memperkuat profesionalisme.
            IPS (Social Studies) dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan di Indonesia terus melakukan beberapa tinjauan dan kritik terutama untuk perbaikan IPS sebagai program pendidikan ilmu sosial di tingkat sekolah melalui seminar dan lokakarya serta pertemuan ilmiah bidang IPS lainnya, terutama oleh kelompok pakar HISPISI (Himpunan Sarjana Pendidikan Ilmu Sosial Indonesia) dalam kongresnya di beberapa tempat di Indonesia.               



BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
IPS merupakan perpaduan mata pelajaran geografi, ekonomi, sejarah, antropologi, sosiologi, politik, psikologi yang diberikan kepada anak-anak usia Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjut Menengah Pertama (SLTP), Sekolah Lanjut Tingkat Akhir (SLTA), dan Perguruan Tinggi dengan perpaduan mata pelajaran IPS yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan dan tingikat usia peserta didik menjadi warganegara dan warga masyarakat yang tahu akan hak dan kewajibannya, yang juga memiliki tanggung jawab atas kesejahteraan bersama yang seluas-luasnya.
Sejarah munculnya IPS pertama kali di Amerika Serikat pada tahun 1916 dengan tujuan mempersatukan negara bagain utara dan selatan menjadi satu Amerika. Masalah perpecahan ini muncul karena adanya pembedaan ras kulit putih dan ras kulit hitam, selain itu ras kulit hitam lebih sering dianggap budak oleh ras kulit putih, namun pada kenyataannya ras kulit hitamlah yang telah memajuakan kondisi ekonomi disana. Karena konflik tak kunjung reda, maka para sarjana di sana mendirikan sebuah lembaga yang diberi nama NCSS (The National Council for The Social Studies) yang bertujuan untuk memberikan pendidikan bagi warganegara sehingga membentuk good citizenship dan warga negara yang cinta tanah air.
Di Indonesia sendiri IPS pertama kali muncul dalam seminar Nasional tentang Civic Education tahun 1972 di Tawangmangu Solo Jawa Tengah. Dalam laporan seminar tersebut, muncul 3 istilah dan digunakan secara bentukar pakai yaitu:
  1. Pengetahuan Sosial
  2. Studi Sosial
  3. Ilmu Pengetahuan Sosial
Pendidikan ilmu pengetahuan sosial juga memiliki tujuan yang lebih tinggi terkandung makna bahwa tujuan yang harus dicapai pendidikan ilmu-ilmu pengetahuan soaial lebih luas. Keluasan tujuan itu dapat dicapai mengingat pendidikan ilmu-ilmu sosial adalah wahana pendidikan. Sebagai wahana pendidikan maka kepedulian yang paling utama adalah kepentingan bangsa, masyarakat, dan pribadi siswa dan oleh karena itu tujuan pendidikan ilmu-ilmu sosial dan ilmu-ilmu lainnya haruslah dikaitkan dengan fungsinya sebagai wahana pendidikan.
Atas dasar pemikiran tersebut maka tujuan pendidikan ilmu-ilmu sosial dikelompokan dalam tiga kategri yaitu pengembangan kemampuan intelektual siswa, pengembangan kemampuan dan rasa tanggung jawab sebagai anggota masyarakat dan bangsa, serta pengembangan diri siswa sebagai pribadi. Tujuan pertama berorientasi pada pengembangan kemampuan intelektual yang berhubungan dengan diri siswa dan kepentingan ilmu, tujuan kedua berorientasi pada pengembangan diri siswa dan kepentingan masyarakat, sedangkan tujuan ketiga lebih berorientasi pada pengembangan pribadi siswa baik untuk kepentinagan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
3.2   Saran
1.      Diharapkan dapat memahami dengan benar sejarah perkembangan IPS di dunia maupun di Indonesia,
2.      Hendaknya kita tidak melupakan sejarah-sejarah yang telah terjadi di masa lalu.
3.      Semoga dengan karya tulis ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan kitasemua.



DAFATAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 2003. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Rineka Cipta.
Supardan, Dadang. 2009. Pengantar Ilmu Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.
Glosarium
Ilmu social:
Ilmu yang terdiri dari disiplin-disiplin ilmu yang bertarap akademis dabiasanya dipelajari tingkat perguruan tinggi.
Adalah disiplin ilmu intelektual yang mempelajari manusia sebagai makhluk social secarabilmiah, memusatkan pada manusia sebagai anggota masyarakat dan pada kelompok atau masyarakat yang ia bentuk.

Studi social
Studi social bukan merupak suatu bidang keilmuan adatu disiplin akademis melainkan lebih merupkam suatu bidang pengkajian tentang gejala dan masalah social.

lmu pengetahuan social:
Adalah kurikulum ilmu-ilmu social di tingkat sekolah dan ahli-ahli ilmu social yang mempunyai tujuan sama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar