Senin, 13 Oktober 2014

Tugas Kuliah Sosiologi Pendidikan DONGENG: “Asal Usul Nama Desa Pangeranan”

Tugas Kuliah Sosiologi Pendidikan
DONGENG:
“Asal Usul Nama Desa Pangeranan”

 








Oleh:
Khusnul Khotimah (130611100035)
Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan
Universitas Trunojoyo Madura
Juni 2014
ASAL USUL NAMA DESA PANGERANAN
Oleh: Khusnul Khotimah

            Pada suatu hari di sebuah desa di ujung sebelah barat Kecamatan Bangkalan Kabupaten Bangkalan, Madura, ada seorang raja yang sangat bijaksana  jujur dan sangat adil. Sehingga rakyatnya sangat patuh kepadanya tidak ada yang menentang kebijakannya. Raja itu memiliki seorang istri yang sangat cantik, namun sayangnya walapun sudah bertahun-tahun menikah raja dan ratu tidak kunjung memiliki seorang anak. Walapun segala usaha telah dilakukan namun mereka belum saja mendapat apa yang diinginkannya.
            Dan pada suatu sore yang sangat damai, Raja dan Ratu saat itu sedang bersantai di sebuah taman asri di belakang istana, sang Ratu mengutarakan isi hatinya yakni ingin memiliki seorang anak.
Ratu: “Ayah, apakah Ayah tak pernah berfikir bagaimana rasanya memiliki seorang anak?”
Raja: “tentu saja Ayah selalu memilikirkan dan membayangkannya Sayang.”
Ratu: “lalu apa tindakan Ayah untuk mendapatkannya, bagaimana pun kita harus memiliki keturanan untuk meneruskan tahta kerajaan kita ini Ayah.”
Raja: Raja berfikir sejenak, “Begini Bunda kita kan telah mengusahakan semua cara, tapi memang Tuhan belum mengijinkannya. Tapi Ayah sudah memiliki cara yang terbaik untuk bisa meneruskan tahta Ayah kepada orang yang tepat, orang jujur dan bijaksana Bunda.”
Ratu: “Apa itu Ayah? Bisakah Ayah menceritakannya pada Bunda?”
Raja: “Tentu Sayang. Besok pagi Ayah akan pergi ke pasar dan sekitar desa untuk mencari orang yang tepat itu Bunda”
Ratu: “Apa yang akan Ayah lakukan di sana?
Raja: “Ayah akan mencoba menyamar menjadi seorang gelandangan tua yang jelek sehingga tak ada rakyatku yang mengenali Ayah di sana”.
Ratu: “Baiklah, kalau itu memang yang terbaik yang dapat kita lakukan, maka lakukanlah Ayah.” Ratu pun tersenyum puas dan mereka pun bergegas kembali ke istana karena senja telah tiba menyapa mereka.
            Setelah selesai solat subuh sang Raja pun bergegas merubah tampilannya seakan menjadi seorang kakek yang tua, yang perlu dikasihani. Dengan menggunakan pakaian yang lusuh tidak layak pakai dan bau busuk yang sangat menyengat, sang Raja merasa puas dengan penampilannya saat itu.
Raja: “semoga usahaku hari ini berhasil dengan sempurna.”
Ratu: “Iya Ayah, akan ku doakan Engkau dari sini.”
Raja: “Terima kasih bunda, Ayah berangkat dulu.”
Ratu: “Iya ayah, hati-hati diperjalanan, mungkin akan banyak orang yang akan menghardik Ayah nanti.”
            Berangkatlah sang Raja berbekal baju compang-campingnya, bauk  busuk dan doa dari sang istri.
Di jalan sang Raja pun menemui banyak cobaan, banyak sekali cemoohan yang diterima sang  raja, dari hanya sekedar menghardiknya sampai dengan melemparkan bauh-buah busuk saat sang Raja melewati sebuah pasr.
Rakyat1: “Hei kau lelaki tua, bau mu busuk sekali, bahkan lebih busuk dari buah-buah busuk yang kami buang ini”.
Rakyat2: “lelaki tua, mau apa kau melewati pasar ini? Mau menyebarkan bau mu yang busuk itu ya, hahahahaha”.
Saat Raja melewati pasar seakan semua kompak menjauhi Raja sambil menutup hidungnya, dan menyuruh anak-anak mereka masuk kedalam.
Rakyat3: “Nak, ayo masuk ke rumah, kalau tidak kau akan berbau sama seperti orang ini.”
Sang Raja hanya berusaha diam, dan membatin dalam dirinya.
Raja: “ Jadi ini yang mereka lakukan, mereka begitu hormatnya di hadapanku, bersujud dengan penuh hormatnya, menyorak-nyoraki namaku dengan penuh kebanggaan, namun saat ku menyamar, tak ada satupun rakyatku yang peduli denganku atau bahkan sekedar tersenyum padaku.” Hati sang raja teriris sakit.
            Selama di perjalanan Raja seakan putus asa dengan usahanya untuk menenmukan seseorang yang tepat untuk meneruskan tahtanya kelak yang Raja angkat untuk menjadi keluarganya dan pemimpin di wilahnya ini.
            Ketika sang raja sedang dilanda kegalauan yang mendalam Raja pun beristirahat sejenak di bawah pohon yang rindang di samping sungai yang berair jernih.
Raja: “Bagaimana jika aku tidak menemukann sosok yang tepat untuk mengganti tahtaku, akan kah desa ini akan hancur menginat apa yang dilakukan rakyatku tadi terhadap penampilanku tadi. Akankah istriku akan sangat kecewa. Ah.. tidak tidak ini tidak mungkin, aku akan menemukan seseorang yang tepat itu.”
            Beberapa saat kemudian langitppun berubah menjadi mendung yang gelap.
Raja: “Akan hujan lebat ini, aku harus berteduh, tapi di mana? Disini tidak terlihat pemukiman rakyatku, kalau pun ku temukan akankah mereka menerimaku?”
Kemudian satu persatu rinai hujan pun turun, sang Raja semakin bingung untuk mencari tempat berteduh. Lalu dari kejauhan Raja melihat seseorang pemuda yang sedang jatuh terpleset karena jalan yang sangat licin terkena terguyur air hujan itu. Raja pun bergegeas menolongnya dengan sesekali juga hampir tergelincir karena licin. Setelah tiba pada pemuda itu, pemuda itu langsung ditolongnya, awalnya sang Raja memunguti satu-satu persatu barang-barang yang dibawa pemuda itu masuk kedalam tas besarnya, namun sang Raja entah kenapa malah memasukkan kantong kecil
tempat anak muda itu menaruh uangnya ke dalam saku baju sang Raja
Raja: “Ahh, aku masukkan saja kantong anak ini ke dalam saku ku, maka aku akan liat kepribadian dari pemuda itu.”
Kemudian Raja menggodong pemuda itu pelan-pelan ke tempat yang lebih aman.
Pemuda: “Terima kasih Tuan Anda telah menolong saya, saya tidak tahu apa yang akan terjadi jika Anda tidak ada di sana. Kenalkan Tuan, nama saya An.”
Raja: “Tidak usah begitu An, saya hanya menolong kamu saja pemuda. Apa kau tidak jijik pada saya?
Pemuda: “Tentu saja tidak Tuan, seseorang yang paling menjijikkan adalah orang yang telah merendahkan orang lain.”
Raja: Raja tersenyum “Saya miskin dan saya berbau busuk, tidak ada yang mau mendekat padaku pemuda.”
Pemuda: “Orang yang paling miskin adalah orang tidak pernah bersyukur, dan orang yang berbau busuk adalah orang yang munafik kepada dirinya sendiri Tuan, jadi janganlah lagi Tuan merendahkan diri Tuan sendiri. Semua manusia itu diciptakan sempurna, hanya tinggal maunusianya ingin menjadikan dirinya seperti apa Tuan”.
Raja: “Baik nak An, kalau begitu saya ingin mengembalikan kantong uang mu”
Namun sang Raja bukannya mengembalikan kantong lusuh milik pemuda itu, malah mengeluarkan kantong perak yang berisi perak dan beberapa berlian.
Pemuda: “Maaf Tuan, itu bukan milik saya.”
Raja: “Begitu ya, kalau begitu ini pasti milikmu nak.”
Lagi-lagi Raja malah mengeluarkan kantong yang terbuat dari mas yang di dalamnya berisi penuh mas dan berlian.
Pemuda: “Sekali lagi maaf Tuan, namun itu juga bukan milik saya, kantong yang saya miliki tidak sesempurna itu Tuan, dan di dalamnya hanya berisi beberapa recehan saja.”
Akhirnya Raja mengeluarkan kantong milik pemuda itu dan mengembalikannya.
Raja: “apakah ini milikmu nak?”
Pemuda: “Benar sekali Tuan ini milik saya, terima kasih telah menemukannya untuk saya Tuan.”
Raja: “Kalau begitu ambilah An, dua kantong ini yang berisi perak dan mas ini sebagai hadiah atas kejujuran dan kata-kata bijaksana mu tadi. Istriku akan sangat senang sekali sekarang.”
Pemuda: “Tidak Tuan itu bukan hak saya menerimanya.”
Raja: “kau masih belum mengerti juga ya An.” Tanya raja sambil tersenyum. “ikutlah kau ke gubuk ku yang kecil, kau kan ku kenalkan dengan istriku yang sangat cantik dan kau pun akan mengerti nak.
Dengan perasaan yang masih bingung karena menerima kantong mahal itu, pemuda itu ikut sang Raja ke rumahnya. Setelah tiba, Pemuda itu terkejut bahwa dia dibawa ke istana yang dia fikir raja akan membawanya ke gubuk yang sesungguhnya.
Pemuda itu tercengan melihat kakek tua yang telah menolongnya itu ternyata seorang raja. Ditemani sang Ratu yang sangat jelita, Sang Raja pun menemui pemuda itu. Kemudian sang raja menceritakan apa yang telah dilakukannya, maksud dan tujuannya.
Pemuda: “Jadi Tuan menyamar menjadi kakek tua itu hanya untuk menyembunyikan siapa Anda, dan hanya untuk mencari seseorang yang tepat untuk meruskan tahta Tuan kelak?”
Ratu: “Iya nak, dan kalau tidak keberatan mau kah kamu kami angkat sebagai anak angkat kami?”
Pemuda: “dengan senang hati saya menerimanya Nyonya”.
            Akhirnya Raja dan Ratu pun berbahagia setelah apa yang mereka ingin-inginkan sejak dulu akhirnya tekabul, begitu pula dengan pemuda itu, dia sangat senang karena memiliki orang tua angkat yang sangat begitu baik padanya karena sedari kecil pemuda itu hanya hidup sebatang kara sebab kedua orang tuanya telah meninggal dunia, dan Pemuda tersebuat diangkat sebagai Pangeran, ya Pangeran An yang sangat bijaksa, jujur dan tampan rupawan.
Sejak diangkatnya Pangeran An, kebiasan buruk rakyatnya yang sering menyepelekan orang kecil, dan mencoomoh orang lain berangsur-angsur berubah, mereka menjadi baik antar sesama makhluk, hingga desa itu menjadi sangat damai, hampir tidak lagi mendengar permusuhan antar warga.
Kebiasaan orang menyebut Pangeran An berubah menjadi Pangeranan agar lebih mempermudah rakyat memangilnya, begitu pula dengan sebuatan rakyatnya yang berangsur berubah menjadi Rakyat Pangeranan. Sebuah desa dengan kepemimpinan Raja dan Pangeran An yang jujur. Sampai  suatu hari Pangeran An merubah nama desanya menjadi Desa Pangeranan.
Hingga saat ini rakyat atau warga Pangeranan masih memegang tuguh apa-apa yang telah diajarkan oleh Pangeranan sejak dulu, meski Pangeranan sudah tidak ada lagi.
~TAMAT~


NILAI-NILAI YANG DAPAT DIPETIK
·         Nilai kesabaran
meski sang Raja dan Ratu tidak memiliki keturunan sang Raja tetap bersabar dan selalu berusaha agar Tuhan selalu mendengarkan permintaannya.
Walapun saat Raja menyamar menjadi kakek compang camping Raja tetap bersabar tidak membalas hardikan mereka.
·         Nilai tolong menolong dan kepedulian sesama
Saat Pangeran An terjatuh saat pertama kali bertemu sang Raja langsung menolongnya.
·         Nilai kejujuran
Meski Pangeran An juga sangat kekeurangan, tapi dia tidak mengambil kantong berisi mas dan perak tersebut karena itu bukan miliknya.
·         Nilai saling menghargai orang lain
Setelah desa tersebut dipimpin oleh Pangeran An warganya tidak pernah lagi merendahkan orang lain, mereka memiliki semngat gotong-royong dan peduli antar sesamanya.

 
 

proses perencanaan evaluasi pembelajaran (kelomok 3)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Keberhasilan suatu kegiatan evaluasi akan dipengaruhi oleh keberhasilan evaluator dalam melaksanakan prosedur evaluasi. Prosedur yang dimaksud ialah langkah-langkah pokok yang harus ditempuh dalam kegiatan evaluasi. Dalam makalah ini, prosedur pengembangan evaluasi belajar terdiri atas: (1) perencanaan evaluasi, yang meliputi anaisis kebutuhan, tujuan evaluasi, menyusun kisi-kisi, mengembangkan draf instrumen, uji coba dan analisis, merevisi dan menyusun instrumen final, (2) pelaksanaan evaluasi, (3) monitoring, (4) pengolahan data, (5) pelaporan hasil evaluasi, (6) pemanfaatan atau penggunaan hasil evaluasi. 
 Baik buruknya evaluasi berada ditangan evaluator, yaitu guru yang melaksanakan proses pembelajaran dalam suatu bidang studi/mata pelajaran atau tim khusus yang dibentuk untuk melakukan evaluasi program pembelajaran secara keseluruhan.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Mengapa diperlukan perencanaan evaluasi?
2.      Apa maksud dan tujuan dari pelaksanaan evaluasi?
3.      Apa maksud dan tujuan dari adanya monitoring?
4.      Apa manfaat atau kegunaan monitoring?
5.      Bagaimana cara pengolahan data diperoleh?
6.      Apakah cara paling sesuai dengan pelaporan hasil evaluasi?
7.      Apa manfaat dari pelaporan hasil evaluasi?
8.      Apa sajakah jenis dari penggunanaan hasil evaluasi?




1.3  Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui perencanaan evaluasi diperlukan
2.      Untuk mengetahui maksud dan tujuan dari pelaksanaan evaluasi
3.      Untuk mengetahui maksud dan tujuan adanya monitoring
4.      Untuk mengetahui manfaat atau kegunaan monitoring
5.      Untuk mengetahui cara pengolahan data diperoleh
6.      Untuk mengetahui cara yang sesuai dengan pelaporan hasil evaluasi
7.      Untuk mengetahui manfaat dari hasil pelaporan evaluasi
8.      Untuk mengetahui jenis-jenis dari penggunaan hasil evaluasi












BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Perencanaan Evaluasi
Dalam melaksanakan suatu kegiatan harus sesuai dengan apa yang direncanakan. Suatu kegiatan dibutuhkan perencanaan agar mendapatkan sesuatu yang lebih maksimal. Jika suatu kegiatan dilaksanakan tanpa perencanaan yang jelas maka hasilnya akan kurang maksimal. Oleh sebab itu, seorang evaluator  harus dapat membuat perencanaan evaluasi dengan baik dan sesuai. Langkah pertama yang harus dilakukan dalam kegiatan evaluasi yaitu membuat perencanaan. Perencanaan ini dibuat karena akan mempengaruhi langkah-langkah selanjutnya dan dapat mempengaruhi keefektifan prosedur secara menyeluruh.
Jadi implikasinya adalah perencanaan evaluasi harus dirumuskan secara jelas dan spesifik, terurai dan kompreshensif sehingga perencanaan tersebut bermakna dalam menentukan langkah-langkah selanjutnya. Perencanaan evaluasi terdiri atas beberapa bagian, yaitu:
1.      Analisis Kebutuhan
Pada dasarnya, analisis kebutuhan merupakan bagian integral dari system pembelajaran secara keseluruhan. Analisis kebutuhan dapat digunakan untuk menyelessaikan masalah-masalah pembelajaran. Melalui analisis kebutuhan, evaluator akan memperoleh kejelasan masalah dalam pembelajaran sehingga dapat memberikan rekomendasi kepada pembuat atau penentu kebijakan. Jadi analisis kebutuhan adalah suatu proses yang dilakukan oleh seseorang untuk mengidentifikasi kebutuan dan menentukan skala prioritas pemecahannya.
Hal penting yang harus dipahami oleh evaluator adalah ketika melakukan analisis kebutuhan dalam pembelajaran hendaknya dimulai dari peserta didik, kemudian komponen-komponen yang terkait. Perencanaan evaluasi dapat dibagi dalam dua pendekatan, yaitu: (1) Pendekatan Program pembelajaran, (2) Pendekatan hasil belajar

2.      Tujuan Penilaian Evaluasi
Tujuan penilaian ini harus dirumuskan secara jelas dan tegas serta ditentukan sejak awal, karena menjadi dasar untuk menentukan arah, ruang lingkup materi, jenis/model, dan karakter alat penilaian. Empat kemungkinan tujuan penilaian, yaitu (1) untuk memperbaiki kinerja atau proses pembelajaran (formatif), (2) untuk menentukan keberhasilan peserta didik (sumatif), (3) untuk mengidentifikasikan kesulitan belajar peserta didik dalam proses pembelajaran (diagnostik), (4) untuk menempatkan posisi peserta didik sesuai dengan kemampuannya (penempatan).

3.      Menyusun Kisi-kisi
Kisi-kisi adalah format pemetaan soal yang menggambarkan distribusi item untuk berbagai topic atau pokok bahasan berdasarkan jenjang kemampuan tertentu. Fungsi kisi-kisi adalah sebagai pedoman untuk menulis soal atau merakit soal menjadi perangkat tes. Kisis-kisi yang baik akan memperoleh perangkat soal yang relative sama sekaligpun penilis soal berbeda. Penyusunan kisi-kisi dimaksudkan agar materi penilaian betul-betul sesuai dengan materi pelajaran yang sudah diberikan oleh guru kepada peserta didik.
Dalam konteks penilaian hasil belajar, kisis-kisi soal disusun berdasarkan silabus setiap mata pelajaran. Jadi, guru harus melakukan analisis silabus terlebih dahulu sebelum menyusun kisi-kisi soal. Kisi-kisi soal yang baik harus memenuhi persyaratan tertentu, antara lain : (1) respresentatif, yaitu harus betul-betul mewakili isi kurikulum sebagai sampel perilaku yang akan dinilai, (2) komponen-komponennya harus terurai/terperinci, jelas, dan  mudah dipahami, (3) soalnya dapat dibuat sesuai dengan idikator dan bentuk soal yang ditetapkan. Berikut langkah-langah dalam menyusun kisi-kisi soal:
1.      Analisis silabus
2.      Menyusun kisi-kisi
3.      Membuat soal
4.      Menyusun lembar jawaban
5.      Membuat kunci jawaban
6.      Menyusun pedoman penskoran

Format kisi-kisi sebenarnya tidak ada yang baku. Format kisi-kisi soal dapat dibagi menjadi dua komponen pokok, yaitu (1) komponen identitas yang ditulis diatas matrik yang meliputi jenis/jenjang sekolah, jurusan/program studi, bidang studi/mata pelajaran, tahun ajaran, kurikulum acuan, waktu, jumlah soal, dan bentuk soal, (2) komponen matriks yang dibuat dalam bentuk kolom dan biasanya terdiri atas kompetensi dasar, materi, jumlah soal, jenjang kemampuan, indikator, dan nomor urut. Contoh:

KISI-KISI SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER
Nama Sekolah                         : ………………………………….
Mata Pelajaran                        : ………………………………….
Jurusan/Program Studi            : ………………………………….
Kurikulum Acuan                   : ………………………….............
Alokasi Waktu                        : …………………………….........
Jumlah Soal                             : ………………………………….
Standar Kompetensi               : …………………………….........

No.
Kompetensi Dasar
Hasil Belajar
Indikator
Jenjang Kemampuan
Bentuk Soal
Nomor Soal







Catatan: jika bentuk soal lebih dari satu sebaiknya dimasukkan ke dalam komponen matriks.
Unsur terpenting dalam komponen matriks adalah indikator. Indikator adalah rumusan pernyataan yang menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar dengan menggunakan kata kerja operasional (KKO). Contoh :

Mata Pelajaran            : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester            : III / 2
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Indikator
Menulis: mengungkapkan pikiran, perasaan dan informasi dalam karangan sederhana dan puisi
Menulis puisi berdasarkan gambar dengan pilihan kata yang menarik
·         Menyebutkan cirri-ciri kalimat dalam puisi
·         Menulis puisi dengan benar

4.      Mengembangkan Draf Instrumen
Mengembangkan draf instrument penilain merupakan salah satu langkah penting dalam prosedur penilaian. Instrument ini  dapat disusun dalam dua bentuk yaitu (1) bentuk tes, yang berarti guru harus membuat soal, (2) bentuk non tes, yang berarti guru dapat membuat angket, pedoman observasi, pedoman wawancara, penilaian bakat minat, studi dokumentasi, skala sikap, dan lain sebagainya.

5.      Uji Coba dan Analisis
Jika semua soal telah tersusun dengan baik, maka perlu adanya uji coba soal dengan tujuan untuk mengetahui soal-soal mana saja yang baik yang akan digunakan selanjutnya, soal yang akan diubah, diperbaiki, bahkan dibuang sekalipun. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan uji coba soal, diantaranya :
1. Ruang tempat tes diusahakan terang, jika perlu di buat papan pengumuman jika sedang ada tes.
2. Perlu disusun tata tertib pelaksanaan tes
3. Pengawas tes harus mengontrol pelaksanaan tes dengan ketat namun tidak mengganggu suasana tes.
4. Waktu yang digunakan harus sesuai dengan banyaknya soal yang diberikan.
5. Peserta didik harus benar-benar mematuhi peraturan atau petunjuk serta perintah dari pengawas atau penguji
6. Hasil uji coba hendaknya diolah, dianalisis, dan diadministrasikan dengan baik sehingga dapat diketahui soal-soal mana yang lemah untuk selanjutnya diperbaiki kembali.
6.      Merevisi dan Menyusun Instrumen final
Setelah diuji coba dan dianalisis, kemudian direvisi sesuai dengan tingkat kesukaran soal dan daya pembeda. Ada soal yang di revisi dari segi bahasa, ada juga yang direvisi secara total. Berdasar hasil revisi baru dilakukan perakitan soal baru yang sesuai, dan semua itu dapat mempengaruhi validasi skor tes, seperti nomor urut soal, pengelompokan bentuk soal, penataan soal, dan sebagainya.
 
2.2  Pelaksanaan Evaluasi
Pelaksanaan evaluasi artinya bagaimana cara melaksanakan suatu evaluasi sesuai dengan perencanaan evaluasi. Pelaksanaan evaluasi sangat bergantung pada jenis evaluasi yang digunakan yang akan mempengaruhi seorang evaluator dalam menentukan prosedur, metode, instrument, waktu pelaksanaan, sumber data, dan sebagainya.
Misalnya pada pelaksanaan tes lisan, guru harus memperhatikan tempat tes diadakan. Tempat tersebut harus terang, enak dipandang dan tidak menyeramkan, sehingga peserta yang sedang di tes tidak takut dan gugup. Dalam pelaksanaan tes lisan ini, guru harus bersikap tenang dan tidak membentak-bentak peserta serta member kata kunci dari jawaban yang diajukan. Jika perlu pada saat pelaksanaan tes di mulai, guru menciptakan suasana yang tidak membuat peserta gugup, seperti dengan menanyakan identitas, pengalaman, kegiatan sehari-hari, dan lain sebagainya kepada peserta tes.
Dalam pelaksanaan tes tertulis, guru juga harus memperhatikan ruangan serta mengatur tempat duduk peserta. Guru juga harus menyusun tata tertib pelaksanaan tes dalam segala hal. Selain pelaksanaan evaluasi dalam bentuk lisan dan tulis, ada pula pelaksanaan tes dalam bentuk nontes. Hal ini dilakukan untuk mengetahui perubahan sikap dan tingkah laku peserta setelah mengikuti proses tersebut. Tujuan adanya pelaksanaan evaluasi adalah untuk mengumpulkan data dan informasi mengenai keseluruhan aspek kepribadian dan prestasi belajar peserta didik yang meliputi:
a.         Data pribadi (personal) peserta didik, seperti nama, tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin, golongan darah, alamat, dan lain-lain.
b.        Data tentang kesehatan peserta didik, seperti pengelihatan, pendengaran, penyakit yang sering kita derita, dan kondisi fisik.
c.         Data tentang prestasi belajar (achievement) peserta didik.
d.        Data tentang sikap (attitude) peserta didik, seperti sikap terhadap teman sebaya, sikap terhadap kegiatan pembelajaran, sikap terhadap guru dan kepala sekolah, dan sikap terhadap lingkungan sosial.
e.         Data tentang bakat (aptitude) peserta didik, seperti ada tidaknya bakat di bidang olahraga, keterampilan mekanis, manajemen, kesenian, dan keguruan.
f.         Personal penyesuaian (adjustment), seperti kegiatan anak dalam organisasi di sekolah, forum ilmiah, olahraga, dan kepanduan.
g.        Data tentang minat (interest) peserta didik.
h.        Data tentang rencana masa depan peserta didik yang dibantu oleh guru dan orang tuan sesuai dengan kesanggupan anak.
i.          Data tentang latar belakang keluarga peserta didik, seperti pekerjaan orang tua, penghasilan tetap tiap bulan, kondisi lingkungan,serta hubungan peserta didik dengan orang tua dan saudara-saudaranya.
Beberapa hal yang memungkinkan timbulnya kesalahan-kesalahan dalam pengumpulan data, yaitu sebagai berikut:
1.      Kurang sempurnanya instrument evaluasi. Misalnya,
2.      Kurang sempurnanya prosedur pelaksanaan evaluasi yang dilakukan. Misalnya,
3.      Kurang sempurnanya cara pencatatan hasil evaluasi. Misalnya,

2.3  Monitoring Pelaksanaan Evaluasi
Monitoring adalah proses rutin pengumpulan data dan pengukuran kemajuan atas objektif program.monitoring menyediakan data dasar untuk menjawab permasalahan, sedangkan evaluasi adalah memposisikan data-data tersebut agar dapat digunakan dan diharapkan memberikan nilai tambah.
Monitoring dan evaluasi merupakan dua kegiatan yang tidak dapat dipisahkan hal itu disebabkan karena keduanya saling melengkapi, tanpa monitoring, kegiatan evaluasi akan kehilangan dasar-dasar validitasnya, dan tanpa evaluasi monitoring  akan menjadi kegiatan yang tidak berarti.
Monitoring ini dilakukan guna untuk mengetahui apakah pelaksanaan evaluasi tersebut berjalan dengan apa yang telah ditetapkan atau belum terlaksana sesuai dengan yang ditetapkan.
Monitoring mempunyai dua fungsi pokok pertama yaitu untuk melihat relevansi pelaksanaan evaluasi dengan perencanaan evaluas,kedua untuk melihat  hal-hal apa yang terjadi selama pelaksanaan evaluasi. Jika dalam pelaksanaan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,maka evaluator harus mencatat,melaporkan,dan menganalisis fakto-faktor penyebabnya.
Beberapa teknik dalam melaksanakan monitoring yaitu seperti observasi partisipatif, wawancara (bebas atau terstruktur), atau studi dokumentasi. Untuk itu evaluator harus membuat perencanaan monitoring sehingga dapat dirumuskan tujuan, sasaran data yang diperlukan, alat yang digunakan dan pedoman analisis hasil monitoring. Data yang diperoleh oleh hasil monitoring harus cepat di analisis sehingga dapat memberikan makna bagi pelaksanaan evaluasi. Hasil monitoring ini dapat dijadikan acuan atau landasan untuk memperbaiki pelaksanaan evaluasi selanjutnya dan dengan harapan justru lebih baik lagi dari pada sebelumnya.

2.4  Pengolahan Data
Pengolahan data adalah manipulasi data agar menjadi bentuk yang lebih berguna atau mengubah wujud data yang sudah dikumpulkan menjadi sebuah sajian data yang menarik dan bermakna.
Pengolahan data ini tidak hanya berupa perhitungan numeris tetapi juga operasi-operasi seperti klasifikasi data dan perpindahan data dari satu tempat ketempat lain.
Misalnya kita ambil contoh  ketika kita memperoleh data tentang nilai prestasi belajar dari sekelompok peserta didik dalam mata pelajaran tertentu.nilai-nilai tersebut kita susun dalam table distribusi frekuensi kemudian kita buat table atau daftar,diagram atau gambar sehingga data nilai tersebut menarik untuk disajikan dan dapat dimaknai.
Dalam penelitian pembelajaran yang diperoleh tentulah nilai hasil belajar dengan demikian pengolahan data tersebut akan memberikan nilai tersendiri kepeda peserta didik berdasarkan nilai yang dicapainya.
Disamping itu ada pula guru yang sudah banyak mengumpulkan data mengenai peserta didiknya tetapi tidak atau belum tahu bahaimana cara mengolahnya,sehingga data tersebut menjadi mubazir.
Dalam pengolahan data biasanya sering digunakan analisis statistik, analisis statistik digunakan jika ada data kuantitatif, yaitu data-data yang berbentuk angka angka sedangkan untuk data kualitatif yaitu data yang berbentuk kata-kata tidak dapat di olah dengan statistik.
Ada empat langkah pokok dalam mengolah hasil penilaian yaitu:
1.      Menskor yaitu memberikan penilaian atau skor kepada peserta didik atas hasil yang ia capai,didalam memberikan menskor disini tidaklah sembarangan melainakan harus memperhatikan beberapa alat bantu yaitu: kunci jawaban,kunci scoring dan pedoman konversi.
2.      Mengubah skor mentah menjadi skor standar sesuai dengan aturan dan norma tertentu.
3.      Mengkonversikan skor standar kedalam nilai baik berupa huruf atau angka.
4.      Melakukan analisis soal untuk mengetahui derajat validitas dan realibitas soal.
Jika data sudah diolah dengan aturan-aturan tertentu, langkah selanjutnya adalah menafsirkan data itu sehingga memberikan makna.langkah penafsiran data sebenarnya tidak adapat dilepas dari pengolahan data itu sendiri, karena setelah pengolahan data dengan sendirinya akan menafsirkan hasil pengolahan itu.
Dalam kegiatan pembelajaran, biasanya kriteria bersumber pada tujuan setiap mata pelajaran (standar kompetensi dan kompetensi dasar) kompetensi Ini tentu masih bersifat umum, karena itu harus dijabarkan menjadi indicator yang dapat diukur dan di amati.
Jika kriteria ini sudah dirumuskan dengan jelas, maka baru kita menfsirkan angka-angka yang sudah diolah itu berupa kata-kata atau pernyataan. Dalam menyususn kata-kata ini sering guru mengalami kesulitan.kesulitan itu antara lain penyusunan kata-kata sering melampaui batas-batas kriteria yang telah ditentukan, bahkan tidak didukung oleh data-data yang ada.
Hal ini disebabkan oleh adanya kecenderungan pada guru untuk menonjolkan kelebihan suatu sekolah dibandingkan dengan sekolah yang lain.kesulitan yang sering terjadi adalah penyusunan rumusan tafsiran atau pernyataan yang berlebihan diluar batas-batas kebenaran.
Ada dua jenis penafsiran data, yaitu penafsiran kelompok dan penafsiran individual.
1.      Penafsiran kelompok adalah penafsiran yang dilakukan untuk mengetahui karakteristik kelompok berdasarkan data hasil evaluasi seperti prestasi kelompok,rata-rata kelompok, sikap kelompok terhadap guru dan materi pelajaran yang diberikan, dan distribusi nilai kelompok.
2.      Penafsiran individual adalah penafsiran yang hanya dilakukan secara perseorangan.
Dalam melakukan penafsiran data baik secara kelompok maupun secara individual guru harus menggunakan norma-norma yang standar sehingga data yang diperoleh dapat dibandingkan dengan norma-norma tersebut.
Berdasarkan penafsiran ini dapat diputuskan bahwa peserta didik mencapai taraf kesiapan yang memadai atau tidak, ada kemajuan yang berarti atau tidak, ada kesulitan atau tidak. Jika ingin menggambarkan pertumbuhan peserta didik, penyebaran skor, dan perbandingan antar kelompok, maka guru perlu menggunakan garis atau kurva, grafik atau dalam beberapa hal diperlukan profil, dan bukan dengan daftar angka-angka. Daftar angka-angka biasanya digunakan untuk melukiskan posisi atau kedudukan peserta didik, baik secara perseorangan maupun kelompok.

2.5  Pelaporan Hasil Evaluasi
Semua hasil evaluasi harus dilaporkan berbagai pihak yang berkepentingan, seperti orang tua/wali, kepala sekolah, pegawai pemerintah, mitra sekolah, dan peserta didik itu sendiri sebagai bentuk akuntabilitas publik. Hal ini dimaksudkan agar proses pembelajaran termasuk proses dan hasil belajar yang dicapai peserta didik serta perkembangannya dapat diketahui oleh berbagai pihak, sehingga orang tua/wali (misalnya) dapat ditemukan sikap yang objektif dan mengambil langkah-langkah yang pasti sebagai tindak lanjut dari laporan tersebut. Sebaiknya, jika hasil evaluasi itu dilaporkan, kapada kepala selolah tidak dapat mengetahui kemajuan belajar yang  dicapai anaknya. Akibatnya, orang tua peserta didik tidak mempunyai sikap dan rancana bakat, bimbingan maupun untuk melanjutkan studi yang lebih tinggi.
Hasil evaluasi juga perlu dilaporkan kepada pemerintah, dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional melalui Dinas Pendidikan Kabupaten secara kelompok maupun perorangan, yang pada gilirannya akan memberikan penilaian tersendiri pada sekolah yang bersangkutan. Misalnya, dalam satu laporan dikatan bahwa peserta didik kelas VI di sekolah “X” lulus 99%, maka sekolah tersebut dianggap masyarakat baik atau sekolah favorit. Sebaiknya, jika peserta didik di sekolah tersebut lulus 70%, maka dianggap orang sekolah tersebut tidak bermutu.
Dengan kata lain, semakin tinggi presentase kelulusan, maka makin tinggi pula penilaian yang diberikan oleh masyarakat. Sekalipun, persentase kelulusan tidak menjamin berkualitasnya suatu sekolah, karena banyak sekolah meningkatkan persentase kelulusan dengan berbagai cara yang tidak profesional, akhirnya merusak citra dan profesi guru. Di samping itu, laporan juga penting bagi peserta didik itu sendiri agar mereka mengetahui tingkat kemampuan yang dimilikinya dan dapat menentukan sikap serta tindakan yang harus dilakukan selanjutnya.
Laporan kemajuan belajar peserta didik merupakan komunikasi antar sekolah, peserta didik, dan oarang tua dalam upaya mengembangkan dan menjaga hubungan kerja sama yang harmonis di antara mereka. Untuk itu, ada beberapa hal yang harus diperhatiakan, yakni:
1.      Kosisten dengan pelaksaan penilaian di sekolah.
2.      Memuat perincian hasil belajar peserta didik berdasarkan kriteria yang telah ditentukan dan dikaitkan denagn penilaian yang bermanfaat bagi pengembangan peserta didik.
3.      Menjamin orang tua akan informasi permasalahan peserta didik dalam belajar.
4.      Mengandung berbagai cara dan strategis komunikasi.
5.      Memberiakan informasi yang benar, jelas, kompreherensif, dan akurat.
Laporkan kemajuan belajar peserta didik yang selam ini dilakukan oleh pihak sekolah cenderung hanya bersifat kantitatif, sehingga kurang dapat dipahami maknanya. Misalnya, seorang peserta didik mendapat nilai 5 (lima) dalam buku rapor pada bidang studi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Jika hanya angka yang disajikan, maka peserta didik maupun orang tua akan sulit menafsirkan nilai tersebut, apakah nilai “kurang” tersebut berkaitan dengan bidang pengetahuan dan pemahaman, praktik, sikap atau semuanya.
Oleh karena itu, bentuk laporan kemajuan peserta didik harus disajikan secara sederhana, mudah dibaca dan dipahami, komunikatif, dan menampilkan profil atau tingkat kemajuan peserta didik, sehingga peran serta masyarakat, orang tua, dan stakeholders dalam dunia pendidikan semakin meningkat. Paliang tidak, pihak-pihak terkait dapat dengan mudah mengindentifikasi kompetensi-kompetensi yang sudah damn belum dikuasai peserta didik serta kompetensi mana yang harus ditingkatkan. Peserta didik pun dapat mengetahui keunggulan dan kelemahan dirinya serta pada aspek mana dia harus belajar lebih banyak .
Untuk sekedar gambaran, isi laporan hendaknya memuat hal-hal, seperti profil belajar peserta didik di sekolah (akademik, fisik, sosial, dan emosional), peran serta peserta didik dalam kegiatan di sekolah (aktif, cukup, kurang, atau tidak aktif), kemajuan hasil belajar peserta didik selama kurun waktu belajar tertentu (meningkat, biasa-biasa saja, atau menuran), imbauan terhadap orang tua. Isi laporan tersebut hendaknya mudah dipahami orang tua. Untuk itu, guru harus menggunakan bahasa yang komulatif, menitikberatkan pada proses dan hasil yang telah yang telah dicapai peserta didik, memberikan perhatian terhadap pengembangan dan pembelajaran peserta didik, dan memberikan hasil penilaian yang tepat dan akurat.
Dalam dokumen kurirkulum berbasis kompetensi, Pusat kurikulum Balitbang Depdiknas (2002) menjelaskan, “laporan kemajuan siswa dapat dikategorikan menjadi dua jenis, yatu laporan kemajuan siswa dapat dikategorikan menjadi dua jenis, yaitu lapoaran presentasi dalam mata pelajaran dan laporan pencapaian.”
1.    Laporan Presentasi Mata Pelajaran
       Laporan presentasi mata pelajaran berisi informasi tentang pencapaian kompetensi dasar yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Presentasi belajar peserta didik dalam setiap mata pelajaran dilaporkan dalam bentuk angka. Bagi peserta didik, dan orang tua, angka ini kurang memberi informasi tentang kompetensi dasar dan pengetahuan apa yang harus dimiliki kepada peserta didik, sehingga sulit menentukan jenis bantuan apa yang harus diberikan kepada peserta didik agar mereka menguasai kompetensi dasar yang ditetapkan. Laporan presentsi belajar hendaknya menyajikan presentsi belajar peserta belajar peserta didik dalam mengusai kompetensi mata pelajaran tertentu dan tingkat penguasaannya. Sebaiknya,orang tua dapat membaca catatan guru tentang pencapaian kompetensi tertentu sebagai masukan kepada peserta didik dan orang tua untuk membantu meningkatkan kinerjanya. Contohnya:



Format Laporan Prestasi Peserta Didik dalam Mata Pelajaran

No.


Kemampuan Dasar

Nilai

Deskripsi Pencapaian


A
B
C
D
E



      





























Catatan Kompetensi (contoh) :
1.    Peserata didik menunjukkan kemahiran di dalam …. tetapi memerlukan bantuan dalam hal …..
2.    Secara umum peserta didik telah berhasil mengusai ….. dari ….. kompetensi.
        Dengan demikian, isi laporan prestasi belajar sebaiknya disajikan secara kualitatif atau mengabungkan antara angka (kuantitatif) dengan deskripsi (kualitatif).

2.    Laporan Pencapaian
       Laporan pencapaian merupakan laporan yang menggambarkan kualitas pribadi peserta didik melalui berbagai kegiatan, baik intra, ekstra maupun ko kulikuler pada kurun waktu tertentu. Dalam kurikulum berbasis kompetensi, hasil belajar peserta didik dibandingkan antara kemampuan sebelum dan sesudah kegiatan pembelajaran berdasarkan kriteria yang telah ditetepkan dalam kurikulum. Tingkat pencapaian hasil belajar yang ditetapkan dalam kurikulum dibagi menjadi delapan tingkatan (level) yang diperinci kedalam rumusan kemampuan dari yang paling tinggi. Delapan tingkatan hasil belajar tidak sama dengan tingkat kelas dalam satuan pendidikan. Di samping itu, tingkat pencapaian hasil belajar dan
prestasi belajar peserta normal digambarkan sebagai berikut:
Tingkatan (level)
Pada umumnya dicapai anak di kelas
0
0 (TK atau Pradasar)
1
1-2
2
3-4
3
5-6
4
7-8
4a
9
5
10
6
11-12









        Berikut contoh format tingkat pencapaian hasil belajar peserta didik untuk beberapa mata pembelajaran.
Laporan Pencapaian Hasil Belajar
Nama               : …………………………………………
Kelas               : ………………………………………….
Semester          : …………………………………………..

Mata Pelajaran
Level
Keterangan
0
1
2
3
4
4a
5
6
1.    Bahasa Arab









2.    Bahasa Indonesia









3.    Ilmu Fiqih









4.    Quran-Hadits









5.    Dst.









Catatan:
Penerapan tingakat pencapaian peserta didik dalam rentang skala 0 – 6 berdasarkan penilaian hasil belajar peserta didik dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan dalam Kurikulum dan Hasil Belajar Perincian tingkat kompetensi tiap mata pelajaran juga dapat dilihat pada buku Kurikulum dan  Hasil Belajar Rumpun Pelajaran.
2.6  Penggunaan Hasil Evaluasi
Tahap akhir dari prosedur evaluasi adalah penggunaan atau pemanfaatan hasil evaluasi. Salah satu penggunaan hasil evaluasi adalah raporan. Laporan dimaksudkan untuk memberikan feedback kepada semua pihak yang terlibat dalam pembelajaran, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pihak-pihak yang dimaksud, antara lain: peserta didik, guru, kepala sekolah, orang tua, penilik, dan pemakai lulusan. Sedangkan penggunaan hasil evaluasi, Remmer (1967) mengatakan “we discus here the use of test results to help student undersand them selves better, expalain pupil growth and development to perents and assist the teacher in planning instruction.” Dengan demikian, hasil evaluasi dapat digunakan untuk membantu pemahaman peserta didik menjadi lebih baik, menjelaskan pertumbuhan dan perkambangan peserta didik kapada orang tua, dan mambantu guru dalam menyusun perencaaan pembelajaran.
Sehubungan dengan hal tersebut, Julian C.Stanley dalam Dimyati dan Mudjiono (1994) mengemukakan “just what is to be done, of course, depends on the purpose of the program.” Dengan demikian, apa yang harus dilakukan terhadap hasil-hasil evaluasi yang kita peroleh bergantung pada tujuan program evaluasi itu sendiri yang tentunya sudah dirumuskan sebelumnya. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dikemukakan beberapa jenis penggunaan hasil evaluasi sebagai berikut:
1.    Untuk Keperluan Laporan Pertanggungjawaban
Asumsinya adalah banyak pihak yang berkepentigan dengan hasil evaluasi. Misalnya. Orang tua perlu mengetahui kemajuan atau perkembangan hasil belajar anaknya, sehingga dapat menentukan langkah-langkah berikutnya. Oleh sebab itu, guru harus membuat laporan berbagai pihak sebagai bentuk akuntabiltas publik, sebagaimana telah penulis kemukakan pada urain sebelunmnya.

2.    Untuk Keperluan Seleksi
Asumsinya adalah setiap awal dan akhir tahun ada peserta didik yang mau masuk sekolah dan ada peserta didik yang mau menamatkan sekolah pada jenjang pendidikan tertentu. Hasil evaluasi dapat digunakan untuk menyeleksi, baik ketika peserta didik mau masuk sekolah/kejenjang atau jenis pendidikan tertentu, selama mengikuti program pendidikan, pada saat mau menyelesaikan jenjeng pendidikan, maupun ketika masuk dunia kerja. Ketika peserta didik mengikuti program pendidikan, terkadang pihak sekolah dan komite sekolah membuat kelas-kelas unggul.Untuk itu diperlukan seleksi melalui tindakan evaluasi.

3.    Untuk Keperluan Promosi
Asumsinya adalah pada akhir tahun pelajaran, ada peserta yang naik kelas atau lulus. Bagi peserta didik yang lulus dari jenjang pendidikan tertentu akan memberikan ijazah atau sertifikat, sebagai bukti fisik kelulusan. Begitu juga jika peserta didik memperoleh prestasi belajar yang baik, maka mereka akan naik kelas berikutnya.
Kegiatan ini semua merupakan salah satu bentuk promosi. Dengan demikian, promosi ini diberiakan setelah dilakukan kegiatan evaluasi. Jika promosi ini untuk kenaikan kelas, maka kriteria yang digunakan adalah kriteria kenaikan kelas, yaitu aspek ketercepaian kompetensi dasar mata pelajaran yang telah ditetepkan dalam kurikulum. Peserta didik yang dinyatakan naik kelas adalah peserta didik yang sudah mengusai kopetensi pada kelas tertentu dan diprediksi mampu mengikuti progaram pendidikan pada kelas berikutnya.
Sesuai dengan prinsip peningkatan mutu pendidikan, maka kriteria peserta didik yang dinyatakan naik kelas atau lulus harus diperinci lebih oprasional. Misalnya, peserta didik dinyatakan naik kelas bila menguasai minimal 60% kompetensi yang menyangkut beberapa mata pelajaran atau peserta didik dinyatakan lulus bila mengusai minimal 60% dari keseluruhan kompetensi untuk semua mata pelajaran di kelas tersebut. Disamping itu, dapat juga dipertimbangkan kriteria yang menyangkut perilaku atau kinerja peserta didik. Perincian kriteria kenaikan kelas atau kelulusan sesuai dengan prinsip manajemen berbasis sekolah perlu disusun bersama antara Dinas Pendidikan Kaabupaten/Kota, Dewan Pendidikan, sekolah dan komite sekolah.

4.    Untuk Keperluan Diagnosis
Asumsinya adalah hasil evaluasi menunjukkan ada peserta didik yang kurang mampu mengusai kompetensi sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Atas dasar asumsi ini, maka guru perlu melakukan diagnosis terhadap peserta didik yang dianggap kurang mampu tersebut. Artinya guru harus mencari faktor-faktor penyebab bagi peserta didik yang kurang mampu dalam mengusai kompetensi tertentu, sehinggga dapat memberikan bimbingan atau pembelajaran remidial. Bagi peserta didik yang mampu mengusai kompetensi lebih cepat dari peserta didik yang lain, mereka juga berhak mendapatkan pelayanan tindak lanjut untuk mengoptimalkan laju perkembangan mereka.
Sekolah diharapkan menjadikan alternatif program bagi mereka berupa kegiatan yang dapat memperkaya pengetahuan dan keterampilannya di suatu bidang tertentu atuapun suatu sistem percepatan belajar, sehingga memungkinkan mereka dapat menyelesaikan syarat untuk tamat sekolah lebih cepat. Untuk menetapkan kebijakan suatu jenis perlakuan (treatment) kepada peserta didik dan teknik pelaksanaannya perlu melibatkan peran serta masyarakat melalui komite sekolah.

5.    Untuk Memprediksi Masa Depan Peserta Didik
Hasil evaluasi perlu dianalisis oleh setiap guru mata pelajaran. Tujuannya untuk mengetahui sikap, bakat, minat dan aspek-aspek kepribadian lainnya dari peserta didik, serta dalam hal apa peserta didik dianggap paling menonjol sesuai dengan indikator keunggulan. Apa pun dan bagaimana pun bentuk hasil belajar peserta didik, guru harus menyampaikannya kepada guru bimbingan dan penyuluhan (BP) agar hasil belajar tersebut dapat dianalisis dan dijadikan dasar untuk pengembangan peserta didik dalam memilih jenjang pendidikan, profesi atau karier pada masa yang akan datang.














BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Perencanaan evaluasi sangat diperlukan dalam melaksanakan suatu kegiatan evaluasi agar mendapatkan hasil yang maksimal dan sesuai dengan apa yang akan direncanakan. Maksud dan tujuan dari pelaksanaan evaluasi adalah mengumpulkan data dan informasi mengenai keseluruhan aspek kepribadian dan prestasi belajar peserta didik yang meliputi data pribadi (personal), data tentang kesehatan peserta didik, data tentang prestasi belajar (achievement) peserta didik, data tentang sikap (attitude) peserta didik, data tentang bakat (aptitude) peserta didik, personal penyesuaian (adjustment), data tentang minat (interest) peserta didik, data tentang rencana masa depan peserta didik yang dibantu oleh guru dan orang tuan sesuai dengan kesanggupan anak, data tentang latar belakang keluarga peserta didik.
Maksud dan tujuan monitoring ini dilakukan guna untuk mengetahui apakah pelaksanaan evaluasi tersebut berjalan dengan apa yang telah ditetapkan atau belum terlaksana sesuai dengan yang ditetapkan. Monitoring mempunyai dua fungsi pokok pertama yaitu untuk melihat relevansi pelaksanaan evaluasi dengan perencanaan evaluas, kedua untuk melihat  hal-hal apa yang terjadi selama pelaksanaan evaluasi.
Dalam pengolahan data biasanya sering digunakan analisis statistik, analisis statistik digunakan jika ada data kuantitatif, yaitu data-data yang berbentuk angka angka sedangkan untuk data kualitatif yaitu data yang berbentuk kata-kata tidak dapat di olah dengan statistik. Ada empat langkah pokok dalam mengolah hasil penilaian yaitu: menskor, mengubah skor mentah menjadi skor standar sesuai dengan aturan dan norma tertentu, mengkonversikan skor standar kedalam nilai baik berupa huruf atau angka, melakukan analisis soal untuk mengetahui derajat validitas dan realibitas soal.
Manfaat dari dilakukannya pelaporan hasil evaluasi ini dimaksudkan agar proses pembelajaran termasuk proses dan hasil belajar yang dicapai peserta didik serta perkembangannya dapat diketahui oleh berbagai pihak, sehingga orang tua/wali (misalnya) dapat ditemukan sikap yang objektif dan mengambil langkah-langkah yang pasti sebagai tindak lanjut dari laporan tersebut.
Penggunanaan hasil evaluasi digunakan untuk keperluan laporan pertanggungjawaban, untuk keperluan seleksi, untuk keperluan promosi, untuk keperluan diagnosis, untuk memprediksi masa depan peserta didik

3.2  Saran
Sebagai pendidik sebaiknya terlebih dahulu melakukan atau menyusun suatu perencanaan sebelum melakukan kegiatan evaluasi agar mendapatkan hasil yang maksimal dan sesuai dengan apa yang direncanakan, selain itu ketika perencanaan tersebut telah berjalan hendaknya untuk memonitoring apa yang sedang dilakukan agar bisa diketahui apakah yang dilakukan tersebut sesuai dengan yang direncanakan atau tidak sehingga jika tidak sesuai masih dapat di perbaiki. Setelah itu jangan lupa untuk mengolah data yang telah ada dan memberikan hasil laporan dari data yang telah benar-benar tepat sehingga laporan dari data tersebut digunakan sebagaimana mestinya.






DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. 2013. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya  Offset.